Ads

26 November 2017

Taman Shuangxi: Di Dalam Goa dan Rumah Bambu Taman Shuangxi Yang Sejuk | Blog Rekreasi


Selamat pagi Kawan, hari ini cuaca sangat cerah. Bagaimana kabar anda? Semoga kabar baik selalu ya?
Berjumpa lagi kita dengan Rekreasi Taiwan yang akan menceritakan rekreasi di Taman Shuangxi daerah Shilin.

Bagaimana sensasi ketika berada di dalam goa? Bagaimana pula rasa sejuk ketika berada di paviliun berdinding bambu serta melihat pemandangan dari atas jembatan?

Mari kita melihat cerita selengkapnya berikut!

Tentang Taman Shuangxi


Shuangxi Park atau Taman Shuangxi merupakan sebuah taman dengan luas sekitar dua hektar yang beralamat di Jalan Fulin no.307 District Shilin, Kota Taipei 111.

Taman dibangun dengan suasana romantik ada jembatan, kolam teratai, paviliun, bukit dan goa buatan.
Bunga lili air raksasa yang mekar pada sekitar bulan agustus menjadi daya tarik pengunjung. Pengunjung dapat naik ke atas daun bunga lili yang berdiameter satu meter lebih, yang berada di dalam kolam.

Menuju Ke Taman Shuangxi


Hari rabu masih sangat pagi ketika saya naik bis 685 dari halte bis Zhongxiao Fuxing menuju halte bis SMP Negri Lanya untuk menjumpai Kawan.

Sesudah berjumpa Kawan baru kemudian bersama-sama menuju Taman Shuangxi dengan naik taksi agar lebih cepat sampai ke tujuan dengan membayar ongkos sekitar NT 100. 
Walau sebenarnya dapat pula naik bis dengan ongkos yang lebih murah hanya NT 15. 

Naik taksi hanya dua puluh menit maka sudah sampai di Taman Shuangxi. Kebetulan Bapak Sopir menurunkan kami di taman belakang sehingga pintu masuknya hanya kecil yang cukup untuk masuk satu orang saja.

Hati Berdebar Ketika Mendekati Goa


Melihat pintu masuk taman yang hanya kecil cukup untuk masuk satu orang, membuat saya ragu-ragu untuk memasukinya. 
Pertanyaan timbul dalam hati, "Apakah benar ini Taman Shuangxi? Mengapa hanya kecil? Apakah Bapak Sopir taksi salah mengantarkan kami? Tetapi Bapak Sopir pasti sudah hapal lokasi."

Sesudah mencari-cari keterangan, kelihatan papan kayu bertuliskan Shuangxi Park. Perasaan menjadi mantap untuk memasuki taman.

Ketika sudah di dalam taman ternyata saya baru menyadari ada gapura yang cukup besar dan memiliki pintu masuk kira-kira berukuran panjang dua meter dan tinggi tiga meter. 
Gapura berwarna abu-abu dari bahan semen dan batu alam.

Memasuki gapura masuk saya dan Kawan langsung merasakan sejuknya pemandangan. Pohon beringin tumbuh rindang disisi pagar samping kanan dan kiri. Daun hijaunya dipangkas rapi dengan panjang dan bentuk yang serasi
Sementara di bagian tengah terdapat taman melingkar yang juga rindang oleh daun-daun hijau.

Sesudah berfoto sebentar di sekitar gapura, saya dan Kawan melanjutkan melihat pemandangan di belakang taman melingkar.

"Ada goa?" saya bertanya dalam hati.
Jujur, pertama kalinya berada di Taman Shuangxi, melihat dan mendekat ke arah goa, perasaan saya berdebar-debar.
Bahkan Kawan pun hampir tidak mau mendekati goa.

Memang pertama melihat goa tersebut kesannya dingin karena warna bebatuannya hitam dan abu-abu.
Lagipula pada pagi hari tersebut hanya kami berdua yang berada di lokasi sehingga suasana sangat sepi.
Seorang wanita separuh baya yang membersihkan taman pun sudah berlalu entah kemana.

"Ayo kita mendekati goa! Tidak apa-apa karena kita tidak mengganggu dan hanya mampir rekreasi!" ujar saya pada Kawan yang kelihatan berat untuk melangkah mendekati goa.
Dengan berdo'a dalam hati saya mendekat dan melihat-lihat ke mulut goa.

Mulut goa melingkar dengan stalaktit yang runcing di langit-langitnya. Batu-batu berukuran besar dengan bentuk tidak rata memenuhi dinding goa yang kalau diperhatikan goa tersebut sepertinya goa buatan.
Lampu neon di atap goa cukup menerangi lorong, sehingga kelihatan suasana di dalam goa tampak bersih dan kering  yang membuat persaan saya lebih tenang.

Kawan dan saya bergantian mengambilkan foto. Giliran mengambil beberapa foto entah mengapa tiba-tiba ponsel Kawan saya menjadi terganggu dan tidak dapat mengambil gambar.
Beberapa foto yang saya ambil hasilnya kosong dan pudar. Kawan saya merasa tidak nyaman lalu mengajak saya menuju tempat pemandangan lainnya.

Kemudian kami melewati lorong kayu, yaitu sebuah lorong dari kayu-kayu. Bagian atapnya melengkung dengan panjang sekitar sepuluh meter. Meski begitu lorong kayu ini terbuka sehingga udara berhembus segar. Berfoto di lokasi lorong kayu pun sangat bagus karena bentuk lorong yang unik dan kayu yang cantik.

Taman Kerangka Bambu


Sesudah melewati lorong kayu ternyata pemandangan berikutnya pun sangat menawan. Kelihatan danau, jembatan, pohon berbunga warna pink, paviliun dan bukit.

shuangxi-park-blog-rekreasi
Saya dan Kawan merasa senang.
"Alhamdulillah pemandangannya bagus sekali. Untung kita pagi-pagi sudah kesini, sehingga pemandangan tampak hijau dan udara terasa segarnya", Kawan sangat bersyukur berada di Taman Shuangxi pada pagi hari.
"Iya betul! Sinar matahari juga masih hangat kuku  sehingga nyaman di badan", saya pun merasa senang.

Berada di belakang lorong kayu saya dan Kawan terkejut karena melihat mulut goa lagi. Rupanya goa yang tadi kami datangi hanyalah goa pendek saja, ibarat sepanjang lorong kayu. Melihat hal tersebut saya dan Kawan tertawa bersama dan tidak takut lagi masuk ke dalamnya.

Berada di samping goa terdapat bangunan dari tiang-tiang bambu berwarna hijau. Bangunan tersebut kelihatan bersih, rapi dan unik. Bingkai bambu pada cermin. Rupanya bangunan tersebut merupakan toilet.
Dalam hati saya bergumam  "Toiletnya saja cantik begini, tentu pemandangan lainnya juga menawan."

Menyusuri Taman Shuangxi sampai di bagian pinggir dekat jalan raya. Lagi-lagi bertemu dengan batang-batang bambu berwarna hijau.
Kali ini batang-batang bambu berbentuk kerangka segiempat menyerupai bingkai foto.

Di dalamnya terdapat bangku-bangku untuk duduk. Sedangkan di pinggiran kerangka bambu ditanami pohon palem yang berdaun lebat sehingga ketika kita bediri maupun duduk di sana, merasakan udara yang sejuk dan segar. Tempat ini pun sangat cocok untuk berfoto.

Tiba-tiba ponsel berdering dan seorang Kawan menyusul kami rekreasi di Taman Shuangxi. Hari pun bertambah siang, pengunjung mulai berdatangan.
Serombongan anak taman kanak-kanak datang bersama guru-guru pembimbingnya.
Beberapa wanita dan pria, rombongan sekeluarga menggendong bayinya dan lainnya.

Saya dan Kawan terus menyusuri Taman Shuangxi. Ketika tiba di kolam, ingin melihat teratai dan bunga serta daun lili raksasa.
"Dimana bunga teratai dan pohon lili air raksasa?"
Ternyata pada hari tersebut sedang tidak musim bunga lili air, sehingga kolam sebagian kering. Menurut beritanya untuk dapat melihat bunga lili air harus pada sekitar bulan agustus. Pada musim tersebut pengunjung dapat mendaftar dan naik ke atas daun bunga lili raksasa.

Meskipun tidak melihat bunga lili air raksasa yang menjadi favorit pengunjung, tetapi menyaksikan Taman Shuangxi yang memiliki penataan cantik seperti indahnya puisi, sudah membuat hati senang.

Berada di atas jembatan sambil memandang pemandangan di sekitarnya. Air kolam memantulkan bayangan dahan-dahan yang rimbun di atas kolam. Angin semilir menerpa badan. Beberapa pengunjung duduk di paviliun dan berbincang-bincang.

Bukit batu berada di samping paviliun kecil. Kawan-Kawan naik ke atas bukit batu dan melambaikan tangan seperti nya sangat bergembira. Sedangkan saya menunggu mereka di bawah.

Ketika mereka turun dari bukit batu kemudian kami melanjutkan menyusuri Taman Shuangxi menuju jembatan kayu.
Jembatan kayu berwarna coklat kelihatan sejuk dipandang. Suasananya bertambah menawan karena jembatan kayu berada di atas kolam ikan. Berdiri di atas jembatan kayu, menikmati semilir angin sambil memandang ikan-ikan yang berenang kian-kemari.

Di samping kolam dan jembatan kayu terdapat paviliun besar yang merupakan bangunan dengan ruangan terbuka.
Dinding-dindingnya berbentuk dinding bambu berwarna hijau. Pintu bulat seperti bingkai foto berada di tengah-tengah dinding bambu. Sedangkan dinding bambu yang memiliki pintu bulat di tengahnya ada dua, yaitu di bagian kanan dan kiri.

Berada di paviliun besar cocok untuk berfoto-foto. Bersandar di pagar paviliun sambil memandang kolam. Dinding bambu berwarna hijau mengingatkan pada alam desa yang biasanya tumbuh subur rumpun bambu.

Di samping paviliun besar masih terdapat lorong koridor. Lorong ini menghubungkan ke paviliun kecil di bagian ujung-ujung lorong. Kelihatan beberapa pengunjung berbincang-bincang di paviliun.

Malah ada juga yang bersandar seperti sedang tidur-tiduran. Mungkin karena pemandangan yang sejuk dan udara segar, membuat mereka pun merasa nyaman berada di Taman Shuangxi.

Hari sudah semakin sore, Kawan-Kawan ingin menyudahi rekreasi di Taman Shuangxi. Mereka segera naik transportasi untuk menuju ke tempatnya. Saya masih ingin berlama-lama melihat pemandangan taman.

Berjalan melewati koridor menuju gapura depan. Ukuran gapura depan dan belakang kurang lebih sama besar. Dua patung singa batu jantan dan betina menyambut pengunjung di sisi kanan dan kiri gapura.

Beberapa meter dari gapura terdapat rumah kayu mungil berbentuk bulat dan beratap bulat pula. Pada dinding-dindingnya banyak gambar bunga teratai dan pohon lili air raksasa yang daunnya berbentuk bulat berukuran besar mengambang di air.

Pohon pisang hias tumbuh rimbun tidak jauh dari rumah kayu mungil. Warna hijau daun dimana-mana mata kita memandang. Selain itu beberapa bunga pun tumbuh di taman. Bunga camelia berwarna merah jambu menjadi daya tarik sendiri. Bunganya mekar hampir memenuhi seluruh batangnya.

Merasa senang rekreasi di Taman Shuangxi. Hari pun semakin sore saya bergegas mencari terminal bis untuk melanjutkan perjalanan.

Sekian Rekreasi Di Taman Shuangxi


Kawan hari sudah semakin sore dan kita sudah rekreasi di Taman Shuangxi. Melihat indahnya taman, bunga-bunga, merasakan berada di dalam goa meskipun goa buatan, merasakan alam pedesaan dengan melihat bambu-bambu, serta melihat nuansa kolam dan jembatan yang menyentuh perasaan untuk mengatakannya menawan.

Kawan apakah anda pernah mengunjungi Taman Shuangxi? Kalau belum anda dapat mencobanya kesana.

Transportasi


Transportasi yang dapat anda gunakan untuk menuju Taman Shuangxi yaitu:

Dari Taipei Main Station naik bis 260 dan turun di Taibei High School. Kemudian berjalan kaki seratus meter sampai di Taman Shuangxi.

Dari Taipei Main Station naik MRT Jalur Merah turun di Shilin Station pintu 2. Kemudian berjalan kaki 1km sampai di Taman Shuangxi.

Artikel Rekreasi Taiwan Lainnya, Silahkan Membaca:



24 November 2017

Dr. Sun Yat Sen Memorial House: Taman, Kolam, Air Mancur Dan Hunian Yang Nyaman | Blog Rekreasi


Selamat sore Kawan, apa kabarnya? Semoga kabar baik selalu ya? 
Akhir pekan sebentar lagi tiba, kemana rencana berlibur anda? Apakah sudah mempunyai tempat yang ingin anda kunjungi? 

Kebetulan Rekreasi Taiwan mengetahui sebuah taman kecil yang mungkin saja menjadi minat anda untuk mengunjunginya. 
Disana kita dapat bersantai menikmati pemandangan berupa pepohanan rindang, kolam ikan serta air mancurnya. Ada juga hunian kayu yang  rapi dan bersih.

Meskipun berada di tengah kota, akan tetapi taman tersebut sangat asri dan tenang, cocok untuk singgah selama beberapa jam lamanya, nama tempatnya yaitu Dr. Sun Yatsen Memorial House 

Seperti apa keindahan tempatnya? Mari kita melihatnya!

Menuju Ke Dr  Sun Yat Sen Memorial House


Hari minggu pagi hari ketika saya berada di Stasiun Taipei. Seperti biasanya Stasiun Taipei selalu ramai pengunjung yang rata-rata pekerja migran dari berbagai negara yang sedang berlibur dan berkumpul di area dalam maupun luar stasiun.

Ada juga pengunjung yang merupakan penduduk asli Taiwan.  Beberapa oranh tampak sedang menunggu bis di halte bis yang sudah semakin tertata rapi.

Pagi hari cuaca cerah ditambah udara segar membuat saya ingin berkeliling memutari area Stasiun Taipei. Mengambil foto pemandangan di area halte bis, di samping stasiun dan dari atas jembatan penyeberangan terasa menyenangkan. 

Sesudah mengambil banyak foto pemandangan, saya menjadi ingat pada sebuah taman yang berada di belakang Stasiun Taipei.

Dari samping utara Stasiun Taipei berjalan melewati trotoar ke arah timur kira-kira 600 meter. 
Melewati jalanan yang segar karena pepohonan yang tumbuh di samping jalan, maka  sekitar 10 menit kemudian sampailah di sebuah lokasi berpagar putih mengelilingi area taman Dr. Sun Yatsen Memorial House.

Gapura kayu berukuran sedang menyambut di pintu masuk. Di samping gapura terdapat map lokasi dan keterangan jam buka kunjungan di taman Dr. Sun Yatsen Memorial House. 

Pagi masih sepi dan pepohonan rindang yang asri seperti magnet, menarik pengunjung untuk menjelajahi dan melihat pemandangan di dalamnya.

Taman Rindang 


Memasuki gerbang masuk yang sekaligus menjadi pintu keluar, melihat patung seorang pria sedang berdiri memegang tongkat di tangan kanan dan tangan kiri seperti memegang buku. 
Rupanya patung yang menggambarkan sosok Dr. Sun Yatsen. Di belakang patung berupa pagar hijau tanam-tanaman.

taman-sunyatsen-blog-rekreasi

Tidak jauh darinya ada rumah berukuran kecil yang menjadi kantor petugas penjaga taman. Di sampingnya lagi berupa koridor. Jalanan yang menghubungkan dari arah utara taman hingga ujung selatan. 
Koridor bertiang kayu-kayu tersebut memiliki atap sehingga sangat nyaman untuk berteduh ketika hujan turun maupun ketika panas matahari.

Di samping koridor adalah bangunan Dr. Sun Yatsen Memorial House. Sekilas melihatnya berupa rumah kayu yang cantik. 
Saya belum ingin melihat secara jelas tentang bangunan rumah tersebut karena ingin melihat area taman dan kolam.

Melihat kolam airnya berwarna hijau. Tetapi apakah benar air kolam berwarna hijau? 
Rupanya daun-daun cemara yang rindang yang tumbuh di sisi kolam memantul di air kolam sehingga air kolam kelihatan berwarna hijau seperti warna daun.

Jalanan setapak yang melingkar tepat di samping kolam, memudahkan pengunjung untuk melihat pemandangan yang berada di dalam kolam.
Beberapa ikan hias tampak berenang kian-kemari. Kura-kura berjemur di atas permukaan batu yang terdapat di dalam kolam.

Udara pagi benar-benar segar, apalagi matahari masih hangat-hangat kuku.
Mungkin karena masih sangat pagi, sehingga suasana taman Dr. Sun Yatsen Memorial House terasa sepi dan belum banyak pengunjung.

Saya terus menyusuri tepian kolam, memandang pohon-pohon cemara yang berdaun hijau lebat. Batang cemara berwarna coklat kehitaman dan pokok kayunya berbelah-belah seperti tanah kering di musim kemarau. Sungguh pemandangan yang alami.

Di pojok taman ada paviliun kecil. Sebuah batu prasasti berada di tengah paviliun. Sementara di bagian pinggir terdapat bangku-bangku untuk duduk. 
Duduk di paviliun menikmati semilir angin dan udara segar pagi hari. Memandang hijau daun-daun terasa sejuk di mata.

Di depan paviliun membentang kolam yang di tengahnya melintas jembatan batu berukuran kecil yang menambah cantik pemandangan taman Dr. Sun Yatsen Memorial House.

Kembali saya menelusuri jalan setapak di sisi kolam yang arahnya melingkar menuju rumah kayu. 
Melihatnya dari dekat, ternyata rumah kayu Dr. Sun YatSen Memorial House berupa rumah panggung.
Dasar bangunan ditopang batu-batu berbentuk segipanjang yang tidak terlalu tinggi sehingga kelihatan ada kolong di bawahnya. 

Sedangkan bangunan rumahnya kelihatannya sangat adem, rapi dan bersih dengan warna dominan coklat tua.
Melongok ke dalamnya kelihatan dindingnya berhiaskan motif pohon bambu. Lantainya beralaskan karpet berwarna abu-abu. Sekeliling dinding rumah memiliki kaca, yaitu perpaduan antara sebagian kayu dan sebagian kaca.
Bangunan dibuat sangat rapi berkesan.

taman-sunyatsen-blog-rekreasi

Masih di samping bangunan rumah Dr. Sun Yatsen Memorial House terdapat pohon-pohon cemara yang berdaun hijau rimbun ditanam berjarak sekitar satu meter antara satu dan yang lainnya yang menambah udara sejuk dan indah pemandangan.

Air Mancur di Tengah Kolam


Saya masih berada di bagian belakang Dr. Sun Yatsen Memorial House dan harus melewati koridor untuk sampai di area depan.
Berada di koridor membuat ingin duduk sebentar di pinggirannya. Koridor bertiang kayu-kayu memiliki atap dan pada pinggirannya dibuat dari semen yang dapat dipakai untuk duduk-duduk.

Merasa nyaman duduk di sana, tempatnya bersih, rapi, udara sejuk serta pohon-pohon yang rindang.
Ketika sampai di area depan melihat teras Dr. Sun Yatsen Memorial House. Menaiki beberapa undakan yang di pinggirnya terdapat pagar besi. 

Berdiri di terasnya kelihatan dekorasi dinding berbentuk bunga dengan lima kelopak. Warnanya coklat tua seperti warna kusen-kusen dan di tengahnya berbentuk ukir-ukiran. 
Suasana di dalam rumah tampak sepi. Beberapa sandal rumah berada di rak sandal yang sekaligus menjadi bangku untuk duduk.

Beberapa buku tergelatak di bangku, mungkin saja ada pengunjung yang sudah membaca buku dan meletakkannya disana.
Membayangkan duduk di bangku tersebut sambil membaca buku, sepertinya sangat nyaman.
Sambil sesekali melihat taman dan kolam yang tidak terlalu jauh darinya.

Tiba-tiba terdengar gemericik suara air. Suasana yang tadinya sepi menjadi sedikit berubah. Saya mencari sumber suara air ternyata dari arah kolam.
Air mancur!

Air menyembur dari ujung pipa di tengah kolam. Air bergerak ke atas membentuk corong, yaitu bagian bawah kecil dan lebar pada bagian atasnya. 
Sesudah mencapai titik semburan terjauh kemudian air turun  seperti terlempar dan membentuk bulatan yang lebih besar di bawahnya. Sekilas kelihatan seperti sebuah gelang berwarna putih. Sungguh pemandangan yang menawan.

Saya segera berlari mendekat ke arah kolam dan mengambil beberapa fotonya, sebelum pertunjukan air mancur selesai. Tiba-tiba ponsel saya berdering.
Saya mengangkatnya, "Mbak lagi dimana? Ku sudah sampai di stasiun kereta pintu selatan" suara Kris terdengar di ponsel.
"Oh oke, aku lagi di taman belakang stasiun dan segera kesitu!" ujar saya menyahutinya.

Rupanya teman sudah tiba di stasiun kereta dan saya bergegas ingin menemuinya untuk rekreasi bersama.
Air mancur masih berlangsung saya dengan berat hati meninggalkannya.

Sebelum meninggalkan lokasi taman Dr. Sun Yatsen Memorial House ternyata ada ruangan kecil di ujung koridor yaitu toilet.
Saya memasukinya dan ruangan toilet sangat bersih.

Tidak berlama-lama di taman karena Kawan sudah datang, saya menuju pintu keluar. Baru juga sampai di dekat patung Dr. Sun Yatsen, kelihatan beberapa pengunjung datang.

Salah seorang pengunjung pria menyapa dan bertanya kepada saya dengan bahasa China, kurang lebih seperti ini percakapan kami:

"Qingwen zhe shi shenme difang?"
"Permisi numpang tanya ini tempat apa?" tanya pria tersebut.

"Du i bu qi wo ye bu zhi dao.
Maaf saya juga kurang tahu.

Wo ye gang dao zhe li.
Saya juga baru datang kesini.

Qing xung wen guanyi an.
Silahkan bertanya kepada petugasnya."

Jawab saya seraya menunjukkan lokasi penjaga.

Dalam hati saya berpikir, apakah pria tadi mengira saya adalah petugas di taman tersebut?
Kelihatannya beliau sangat antusias bertanya kepada saya. Entahlah. Saya bergegas menuju Stasiun Taipei untuk bertemu Kawan.

Kawan apakah anda juga ingin mengunjungi Dr. Sun Yatsen Memorial House?

Transportasi:


Transportasi yang dapat anda gunakan untuk menuju Rumah Mengenang Dr. Sun Yatsen yaitu:

Dari Stasiun Taipei cukup berjalan kaki setengah kilometer dan sudah sampai tempat tujuan.

Artikel Rekreasi Taiwan Lainnya, Silahkan Membaca:



Kantor Presiden Taipei: Istana Kepresidenan Taiwan | Blog Rekreasi


Selamat pagi Kawan, bagaimana kabar anda hari ini? Semoga kabar baik semuanya ya?

Akhir pekan sebentar lagi tiba. Apakah anda sudah merencanakan berlibur? Kemana tempat yang ingin anda kunjungi?

Beberapa waktu lalu Rekreasi Taiwan melakukan rekreasi ke sebuah tempat yang merupakan kantor orang nomor satu di negara Taiwan yaitu Taipei Presidential Office kita sebut saja Istana Kepresidenan Taipei.

Seperti apa tempatnya dan cerita apa saja yang ada di dalam Kantor Presiden Taipei?
Mari kita melihatnya!

Tentang Kantor Presiden Taipei


Kantor Presiden dengan kata lain Istana Kepresidenan, dibangun pada Juni 1912 dan selesai Maret 1919. Memiliki tinggi 8 meter, tinggi menara 60 meter.
Arsitek yang merancangnya yaitu Uheiji Nagano dan Matsurosuke Mariyame, seperti dari sumber wikipedia.

Menuju Ke Istana Kepresidenan Taipei


Hari Selasa ketika saya dan teman rekreasi ke Istana Kepresidenan Taipei yaitu kantor presiden yang berada di daerah Ximending.
Sebenarnya sudah lama saya ingin mendatangi gedung yang mejadi kantor bagi orang nomor satu di Taiwan ini.
Seperti apa suasana di dalamnya?

Naik MRT dari Stasiun Zhongxiao Fuxing lalu turun di Stasiun Ximen keluar pintu 3. Kemudian berjalan kira-kira 100 meter sudah sampai di Istana Kepresidenan Taiwan.

Ketika melihat Istana Kepresidenan dari seberang jalan, kelihatan bangunan berwarna merah kombinasi putih yang megah bertingkat. Bangunan berbentuk segi empat simetris kanan dan kiri. Tepat di tengah-tengah gedung dibuat sebuah menara menjulang yang di atasnya berkibar bendera Taiwan.

Saya dan teman segera menyeberang jalan mendekati lokasi Istana Kepresidenan. Seorang pria tentara berseragam lengkap dengan membawa senjata memperhatikan kedatangan kami. 
Kami pun segera mendekatinya dan mengutarakan maksud untuk rekreasi di dalam Istana Kepresidenan.
Petugas tentara dengan ramah mempersilahkan kami dan pengunjung lainnya masuk dengan terlebih dahulu melihat kartu identitas kami.

Kemudian kami dibawa menuju tempat pendataan identitas. Sesudah pendataan identitas kemudian melewati tempat pemeriksaan tas dan badan.
Petugas memeriksa isi tas dan badan. Sesudah itu baru kemudian berkumpul bersama pengunjung lainnya sekitar duapuluh orang membentuk barisan dan bersiap-siap menuju ruangan di dalam.

Ruangan-Ruangan Galeri


Seorang Bapak Pemandu berpakaian rapi mengantarkan rombongan pengunjung menuju ruangan-ruangan sekaligus menjelaskan benda-benda yang terdapat di setiap ruangan.

istana-presiden-taipei-blog-rekreasi

Petugas mengijinkan  kepada pengunjung untuk mengambil foto.
Hal ini membuat saya bertambah senang untuk mengambil gambar benda-benda dan suasana di ruangan galeri Istana Kepresidenan Taipei.

Sebuah meja segiempat dengan laci-laci merupakan replika dari meja yang biasa Presiden pergunakan di dalam ruangan kantor beliau.

Sedangkan ruangan yang kami lihat merupakan ruangan galeri dan bukan ruangan kerja presiden, karena ruangan kerja presiden tentu sangat pribadi dan tidak sembarangan orang dapat melihat maupun memasukinya.

Pertama-tama Bapak Pemandu mengajak kami memasuki ruangan yang berisi layar film.
Sambil memutar film, beliau menerangkan peristiwa sejarah Istana Kepresidenan dari tahun ke tahun.
Ternyata yang dari awal tahun, Istana Kepresidenan pernah mengalami kebakaran.

Bapak Pemandu kemudian mengajak pengunjung ke taman, beliau memperkenalkan sejarah tanamanan yang ada dan memperlihatkan menara arah puncak menara.
Kemudian pengunjung dibawa memasuki ruangan-ruangan galeri yang berisi replika-replika. Seperti replika gedung Istana Kepresidenan, replika meja tempat bertugas presiden, replika pakaian dinas presiden, topi serta perlengkapan lainnya.

Benda-Benda Di Galeri


Pengunjung dengan tertib mendengarkan penjelasan Bapak Pemandu yang menerangkan benda-benda yang terdapat di setiap ruangan galeri Istana Kepresidenan Taipei.

Satu-persatu ruangan kami memasukinya.
Beberapa benda yang berada di ruangan-ruangan galeri antara lain:
  • Meja kursi 
  • Seragam lengkap
  • Perangko
  • Peralatan makan
  • Peralatan kebun
  • Lencana-lencana
  • Tongkat mayoret
  • Galeri sejarah pakaian
  • Galeri sejarah taman Chiayi
  • Galeri sejarah penduduk migran
  • Galeri sejarah Tamsui
  • Galeri Esthetic Education
  • Taiwan Jade
  • Sejarah Austronesia
  • Petani membawa padi
  • Replika kapal laut
  • Lukisan-lukisan
  • Kursi rotan
  • Perabot keramik
  • Serta masih banyak yang lainnya


Souvenir Stempel Dan Berfoto Dengan Gambar Presiden


Setelah memasuki dan melihat benda-benda di beberapa ruangan galeri, Bapak Pemandu mempersilahkan pengunjung untuk mengambil air minum apabila merasa haus.
Tersedia pula kamar kecil apabila pengunjung ingin menggunakan kamar kecil.

Yang terakhir kita dapat memasuki ruangan souvenir. Berbagai benda souvenir seperti topi, sapu tangan, pulpen, gantungan kunci, notes, tas serta banyak lagi lainnya.

Sebelum meninggalkan lokasi kita dapat mengambil kertas stempel. Kertas berukuran kartu pos, kita dapat menambahkan stempel di atasnya untuk kenang-kenangan.

Terakhir Bapak Pemandu menunjukkan lokasi di taman agar pengunjung dapat berfoto dengan latar belakang menara Istana Kepresidenan Taipei.

Rekreasi sudah selesai, satu-persatu pengunjung mulai meninggalkan lokasi.
Ketika hendak keluar gedung, saya melihat kerumunan beberapa pengunjung yang sedang berfoto dengan gambar Ibu Presiden Tsai Ing-wen yang sedang melambaikan tangan beserta wakil yang di tengah-tengahnya membentang karpet merah.

Kesempatan langka ini saya gunakan sebaik-baiknya. Saya juga ingin berfoto bersama gambar presiden.
Dengan meminta tolong teman akhirnya saya dapat berfoto bersama Ibu Presiden walau hanya gambarnya saja.
"Terimakasih sudah mengijinkan kami rekreasi di kantor Anda!"

Sekian Rekreasi  Di Kantor Presiden Taipei


Kawan sekian Rekreasi Taiwan yang sudah melihat megahnya Istana Kepresidenan Taipei.
Melihat ruangan galeri dan benda-benda replika serta benda sejarah lainnya.

Apakah anda ingin mengunjungi Istana Kepresidenan Taipei?

Transportasi


Transportasi yang dapat anda gunakan untuk menuju Istana Kepresidenan Taipei yaitu:

Dari Stasiun Taipei  terminal bis naik bis nomer 22, 257 turun di Taman 2/28, kemudian berjalan kaki 300 meter sampai lokasi Kantor Presiden Taipei.

Naik bis 220 turun di Taman 2/28.
Dapat menempuh berjalan kaki sekitar 18 menit.

Artikel Rekreasi Taiwan Lainnya, Silahkan Membaca:


Museum Keramik Yingge: Museum Keramik Terbesar Di Taiwan | Blog Rekreasi


Selamat sore Kawan, bagaimana kabar anda sore ini? Semoga kabar baik semuanya ya?


Sore hari ini Rekreasi Taiwan akan menceritakan rekreasi di sebuah museum keramik terbesar dan terlengkap di Taiwan yaitu Museum Keramik Yingge.

Seperti apa keindahan Museum Keramik Yingge dan benda apa saja yang ada di dalamnya? Mari kita melihatnya!

Tentang Museum Keramik Yingge


Menurut sumber wikipedia, Museum Keramik Yingge ini terletak di kabupaten Yingge, Kota Baru Taipei. Pembangunannya dimulai tahun 1996 dan mulai dibuka untuk umum pada 26 November 2000. Rumah museum ini merupakan studio keramik sekaligus pameran.

Pameran permanen memiliki lima tema yaitu:
  • Tembikar tradisional
  • Pengembangan keramik
  • Keramik sejarah kota Yingge
  • Keramik masa lampau Aborigin
  • Keramik bertehnologi tinggi

Menuju Ke Museum Keramik Yingge


Minggu pagi gerimis masih turun. Saya dan teman-teman merasa bimbang untuk melakukan rencana berlibur ke pantai melihat batu karang berbentuk belalai gajah. Berlibur ke pantai dalam kondisi gerimis tentu tidak nyaman.
Lalu saya mengusulkan untuk mengubah rencana yaitu ke Museum Keramik Yingge dengan alasan rekreasi di dalam ruangan tentu lebih nyaman agar terhindar dari hujan dan licin. Mereka pun menyetujui.

yingge-ceramic-museum-blog-rekreasi

Sesudah semuanya berkumpul di Stasiun Taipei kemudian naik  MRT menuju Stasiun Yingge menempuh perjalanan sekitar setengah jam.

Ketika turun kereta di Stasiun Yingge  Kawan-Kawan ingin beristirahat di ruangan stasiun, tampak pemandangan bernuansa keramik menghias ruangan stasiun.

Keramik berbentuk vas bunga setinggi badan manusia dan keramik kendi berukuran besar sangat menarik perhatian.
Tali dan pagar besi membatasi antara pengunjung dan keramik-keramik tersebut. Kemungkinan untuk menjaga dari tangan-tangan yang ingin menyentuhnya yang dapat membuat keramik rusak.

Sementara hiasan keramik berukuran kecil seperti lukisan dibuat dalam pigura-pigura kaca, tersusun menempel di dinding ruangan stasiun.
Suasana serba hiasan keramik tersebut menambah rasa ingin tahu saya tentang Museum Keramik Yingge yang sepertinya menjadi ikon wisata daerah Yingge.

Tidak berlama-lama saya dan teman-teman segera keluar  stasiun dan berjalan kaki menuju Museum Keramik Yingge. Berjalan mengikuti tanda panah, sekitar satu setengah kilometer kemudian sampai di museum.

Aneka Macam Keramik


Gerimis kecil masih turun ketika saya dan Kawan-Kawan berjalan kaki menuju ke Museum Keramik Yingge sekitar 20 menit. Mengikuti tanda panah yang sudah di pasang di beberapa tempat, membuat pengunjung mudah untuk menemukan tempatnya.
Kalau merasa bingung dapat bertanya kepada warga setempat dengan mengatakan powuquan.

Kelihatan dari samping jalan raya, bangunan besar bertingkat dengan bentuk segiempat, berwarna hitam dan abu-abu.
Di luar gerbang terdapat loket pembelian tiket. 
Sesudah membeli tiket kemudian menyerahkannya kepada petugas pemeriksa di pintu masuk. Petugas sekaligus memberikan arahan kepada pengunjung untuk tidak menggunakan tripod, tongsis serta beberapa aturan lainnya selama berada di dalam ruangan museum.

Sesampainya di dalam museum, kelihatan ruangan terbuka yang luas.  
Aneka keramik dengan berragam bentuk tertata rapi diletakkan sesuai jenisnya.
Kami bergegas menyimpan payung basah di tempat penyimpanan payung agar lebih leluasa ketika melihat bentuk keramik satu-persatu.

Ragam keramik yang terdapat di dalam Museum Keramik Yingge antara lain berbentuk:
  • Mangkok
  • Piring
  • Cangkir
  • Bola-bola
  • Teko besar
  • Kendi besar
  • Keramik lantai
  • Rumput laut
  • Monster
  • Setrika besar
  • Gerabah
  • Hiasan dinding
  • Bunga teratai
  • Ikan
  • Kepik
  • Kupu-kupu
  • Kalung
  • Burung berkepala manusia
  • Serta banyak lagi bentuk-bentuk lainnya.
Kebanyakan keramik diletakkan di atas papan semen.
Pada setiap benda-benda keramik tersebut ada tulisan peringatan untuk tidak menyentuh keramik.

Sedangkan berada di lantai terdapat garis merah sebagai tanda pengunjung untuk melihat keramik dari luar garis merah.

Menyusuri area lantai satu terdapat ratusan keramik. Keramik berukuran kecil ditempatkan dalam lemari kaca sedangkan keramik besar ditata satu-persatu di atas papan semen.

Beberapa keramik kendi yang biasanya digunakan sebagai tempat air minum memiliki bentuk bermacam-macam, ada yang polos  ada juga yang berhiaskan ukir-ukiran.
Sebagian keramik juga memiliki unsur cerita seperti keramik yang menceritakan legenda Danau Hantu, keramik yang menceritakan tentang Gunung Dawu, serta lainnya.

Berada di lantai satu Museum Keramik Yingge ini, kita juga dapat duduk di kursi-kursi sambil memandang keramik-keramik.

Kemudian menuju ruangan museum di lantai dua, kita akan melihat aneka keramik yang berbeda, antara lain model keramik yang biasa digunakan di kamar mandi.
Keramik untuk kamar mandi berbentuk kotak-kotak berukuran kecil dan besar dengan bermacam-macam warna.

Masih di lantai dua dari Museum Keramik Yingge  kita dapat melihat aneka keramik gerabah peninggalan masyarakat Aborigin. Yaitu benda-benda berupa alat dapur seperti gentong air dan kendi. Ada juga peralatan dari kuningan.

Keramik berada dalam ruangan masing-masing sesuai dengan tema. Keramik berbentuk piring dengan lukisan buah-buahan, bunga dan binatang yang ditata menempel pada dinding kelihatan sangat cantik, menarik perhatian banyak pengunjung.

Ketika berada di dekat jendela kaca gedung, cobalah menengok pemandangan di luar ruangan. Pemandangan menarik berupa taman dan monumen kelihatan di kejauhan. Pemandangan indah tersebut mungkin saja dapat menjadi agenda liburan selanjutnya.

Sesudah melihat-lihat semua keramik di lantai dua, masih ada satu ruangan lagi yaitu di lantai tiga.
Pemandangan keramik di lantai tiga kelihatan berbeda dari keramik-keramik yang ada di lantai satu dan dua. Keramik di lantai tiga sudah modern, bahkan beberapa diantaranya memiliki bentuk yang tidak biasa.

Keramik-keramik yang ada di lantai tiga memiliki warna lebih cerah dan bentuknya unik.
Pada dinding museum terpampang tulisan Taiwan Ceramic Award 2017 membuat saya lebih bersemangat melihat-lihat keramiknya.

Beberapa keramik yang terdapat di lantai tiga Museum Keramik Yingge antara lain keramik berbentuk cangkir dan teko berukuran mungil.
Keramik cangkir dan teko tersebut memiliki alas tatakan berbentuk daun dengan warna coklat tua. Desain yang halus sangat menawan.

Ada lagi keramik berbentuk balon-balon.
Balon-balon menempel di dinding dan balon-balon yang bergantungan di tali.
Keramik berbentuk monster kelihatan aneh dan tidak biasa. Menyerupai manusia tetapi tidak sempurna.

Keramik bentuk capung, kepik, ikan-ikan, keramik bentuk rumput laut, kerang dan keramik lantai. Keramik bentuk buku kuno kelihatan menawan.

yingge-ceramic-museum-blog-rekreasi

Banyak sekali koleksi keramik yang berada di Museum Keramik Yingge. Membutuhkan kesabaran agar dapat melihatnya satu-persatu.

Sekian Rekreasi Di Museum Keramik Yingge


Kawan sekian Rekreasi Taiwan di Museum Keramik Yingge.
Kita sudah melihat aneka keramik.
Juga keramik-keramik yang dibuat secara modern bahkan mengalami perubahan bentuk yang tidak biasa karena pengembangan tehnologi.
Semoga anda terhibur.

Anda ingin mengunjungi Museum Keramik Yingge?

Transportasi


Transportasi yang dapat anda gunakan untuk menuju Museum Keramik Yingge yaitu:

Dari Stasiun Taipei naik kereta menuju Stasiun Yingge. Kemudian berjalan kaki sekitar satu kilometer dan akan sampai di musuem.


Artikel Rekreasi Taiwan Lainnya, Silahkan Membaca:




14 November 2017

Dajia Park: Air Mancur, Taman Bunga Dan Belajar Mendayung | Blog Rekreasi


Selamat siang Kawan, bagaimana kabar anda hari ini? Semoga kabar baik semuanya ya? 
Akhir pekan sudah hampir tiba, waktunya kita untuk rekreasi bersama Keluarga maupun bersama teman.
Kemana rencana berlibur anda? 

Apakah anda menyukai melihat taman bunga dan air mancur? Sekaligus anda dapat berlatih mendayung?

Kebetulan Rekreasi Taiwan menemukan sebuah tempat yang cocok untuk kegiatan tersebut yaitu bernama Dajia Riverside Park yang letaknya berada di tepi Sungai Keelung di daerah Zhongshan District.

Mari kita melihat indahnya  Taman Dajia!

Tentang Taman Dajia


Taman Dajia merupakan sebuah taman yang berada di Kabupaten Shongshan Taipei.
Merupakan wilayah penghijauan kota yang dibuka untuk umum sekitar tahun 2017.

Taman yang berada di sepanjang Sungai Keelung ini sering berlangsung kegiatan festival bunga, festival perahu naga serta lainnya.

Tempat ini juga dilengkapi dengan arena skate board dan bersepeda, menurut sumber wikipedia.

Menuju Taman Dajia


Minggu pagi merupakan hari yang cerah ketika saya dan teman-teman berada di Stasiun Taipei.  Seperti biasanya di Stasiun Taipei sudah ramai pengunjung.
Kelihatan seperangkat gamelan dan atribut reog diletakkan di samping taman. Beberapa pria dan wanita sedang berrias.
Rupanya akan berlangsung pertunjukan reog.

Saya ingin melihat pertunjukan reog tapi ternyata teman-teman sudah berkumpul untuk melaksanakan rencana bersama yaitu rekreasi di Taman Dajia.

Akhirnya sekitar pukul delapan lebih saya dan teman-teman meluncur dari Stasiun Taipei naik MRT menuju Stasiun Dazhi.
Ketika keluar dari Stasiun Dazhi cukup bingung untuk melanjutkan perjalanan. Akhirnya bertanya kepada warga setempat yang memberitahu kami untuk berjalan kaki melewati trotoar menuju Taman Dajia.

Tiba di pos polisi kemudian belok kanan  menuju arah sungai. Dengan menaiki tangga jembatan, kita dapat melintas ke seberang sungai dan sudah sampai di Taman Dajia.


Pemandangan Dari Seberang Taman Dajia


Kebetulan ketika tiba di lokasi, posisi saya dan teman-teman berada di seberang Taman Dajia tepatnya di seberang sungai. Sebelum menyeberangi jembatan kami pun turun untuk melihat pemandangan dari bawah jembatan.

dajia-park-blog-rekreasi

Berteduh dan duduk di kursi panjang  di bawah jembatan sambil melihat pemandangan yang ada di seberang Sungai Keelung.
Kelihatan beberapa puluh orang memakai rompi berwarna oranye kemudian satu-persatu turun ke dalam perahu kecil lalu mulai mendayung.

Perahu melaju di sekitar bawah jembatan, yaitu ke arah kanan dan kiri jembatan saja dan tidak mendayung terlalu jauh.
Sebuah perahu berbentuk naga memiliki ukuran paling besar terlihat penuh penumpang.

Kelihatan pula Gedung Taipei 101 yang menambah indahnya pemandangan dari seberang sungai.

Suara peluit terdengar sesekali ditiup oleh pelatih mendayung. Mungkin sedang memberikan arahan kepada peserta mendayung yang melajukan perahunya di bawah jembatan.

Kelihatan pula di kejauhan air mancur berwarna putih menari-nari bergerak naik dan turun. Terkadang air mancur rendah dan semakin tinggi.
Kabarnya setiap setengah jam sekali akan berlangsung pertunjukan air mancur. Bahkan pada malam hari air mancur menjadi berwarna-warni oleh lampu hias.

Saya dan teman-teman menjadi penasaran dengan pemandangan di seberang sungai dan ingin melihatnya dari dekat.
Bergegas kami naik menuju atas jembatan. Ternyata pemandangan dari atas jembatan pun sangat menarik.

Tampak jalan panjang menuju seberang. Tiang jembatan dan tali-tali jembatan berukuran besar berwarna merah. Patung-patung hewan berukuran kecil  seperti berbentuk siput, kodok menghias sepanjang jalan menuju seberang.

Ketika berdiri di atas jembatan melihat alur sungai memanjang dan airnya membentang luas, membuat suasana segar diantara gedung-gedung bertingkat padat penduduk yang berada tidak jauh dari sisi sungai.

Belajar Mendayung


Teman-teman kelihatan bersemangat melintasi jembatan. Sambil berlari saya menyusul mereka yang sudah jauh di depan.

Ketika sampai di seberang dan menuruni tangga jembatan, kemudian menuju ke area mendayung untuk melihat kegiatan yang berlangsung.

Perahu-perahu kecil kelihatan disusun di atas rak papan. Selain perahu terdapat juga perlengkapan mendayung seperti rompi, pelampung, dayung, tali dan lainnya.

Beberapa kursi berjajar dan kami duduk di sana bersama pengunjung lainnya. Saya menanyakan kepada seorang petugas  tentang cara untuk mengikuti pelatihan mendayung.

Ternyata pada hari tersebut sedang berlangsung Taipei Universiade 2017.  Berbagai perlombaan olahraga di gelar di berbagai tempat.
Untuk meramaikan suasana, pemerintah memberikan pelatihan mendayung secara gratis yang dapat diikuti oleh masyarakat.
Caranya mendaftar langsung menggunakan kartu identitas maupun mendaftar online.

Sesudah mengisi formulir data kemudian mengikuti instruksi pelatih yang memberi arahan seperti cara memegang dayung,  cara mendayung maju, mendayung mundur dan berbelok.
Cara masuk ke dalam perahu, menggunakan sebelah kaki dulu dan diikuti kaki sebelahnya.
Sesudah mengikuti instruksi, seluruh peserta diwajibkan memakai rompi pengaman baru kemudian turun ke dalam perahu lalu mendayung.

Ternyata untuk dapat mendayung tidak semudah ketika melihatnya.  Sudah mendayung sekuat tenaga, perahu masih lambat melaju. Sepertinya harus paham arah angin dan aliran air.

Karena sulit membelokkan perahu, beberapa kali perahu bertabrakan dengan perahu lainnya.
Terkadang perahu terlalu ke pinggir sungai bahkan bergerak menjauh dari bawah jembatan, sehingga pelatih meniup peluitnya  mengingatkan agar kembali ke tengah.
Merasa senang dapat berlatih mendayung.

Sesudah mendayung sekitar satu jam, pelatih kembali meniupkan peluitnya tanda untuk mengakhiri latihan.
Para pendayung satu persatu  menepikan perahu dan selesai.

Taman Bunga Dan Air Mancur


Hari sudah semakin siang matahari pun bersinar terik ketika kami selesai belajar mendayung.
Melihat area Taman Dajia masih sangat luas yaitu taman bunga dan air mancur. Cuaca sangat terik.
Untung membawa payung sehingga saya dan Kawan-Kawan berjalan kaki sambil berpayung agak merasa nyaman.

Kadangkala berpapasan dengan pengunjung lain yang sama-sama menikmati pemandangan serta ada pula yang olahraga sepeda.

Sesampainya di taman bunga yang jaraknya sekitar seratus meter dari area mendayung melihat suasana yang berbeda.

Ketika berada di area mendayung suasananya penuh energi, semangat dan bertenaga. Sedangkan di area taman bunga suasananya santai, semilir dan indah oleh pemandangan bunga-bunga.

Bunga beraneka warna bermekaran ditanam dan tumbuh berkelompok sesuai warna dan jenisnya.
Hiasan bunga raksasa, hiasan berupa bola golf berukuran raksasa, batu-batu untuk duduk dan  kincir-kincir yang berputar tertiup angin menambah semarak dan indah pemandangan di taman bunga Dajia Riverside Park.

Beberapa pria dan wanita sedang membersihkan rumput liar yang tumbuh di sela-sela tanaman bunga. Sehingga bunga-bunganya menjadi lebih kelihatan dan terawat.

Dari taman bunga ini kita dapat  memandang sekeliling. Jembatan melintas di atas Sungai Keelung, Sungai Keelung berkelok panjang menampung air yang mengalirinya.
Bangunan Grand Hotel yang megah dengan warna merah kelihatan anggun berada di seberang sungai di tengah rimbun pepohonan.

Taman bunga ada bunga-bunga kertas dan berbagai hiasan membuat suasana berbeda. Beberapa orang menggelar tikar di atas rumput di bawah pohon sambil berbincang. Kedai minuman  yang berada tidak jauh tampak ramai pengunjung.

Beberapa bocah bermain sepeda di bawah paviliun. Ada juga yang yang sedang menggambar bersama guru pelatih.
Sungguh suasana yang dinamis.

Beberapa orang masih berolahraga sepeda ketika tiba-tiba kelihatan di kejauhan pemandangan air mancur mulai memancurkan airnya  meliuk-liuk dengan gerakan naik turun dan semakin tinggi.

Kabarnya air mancur di Taman Dajia ini berlangsung setiap setengah jam sekali.
Air mancur yang memiliki ketinggian 20 meter ini pada malam hari menjadi sangat indah berwarna-warni oleh efek lampu.

dajia-park-blog-rekreasi

Ingin mendekat ke area air mancur tetapi panas siang hari sangat terik. Teman-teman sudah merasa  kelelahan. Akhirnya hanya melihat air mancur  dari kejauhan yaitu dari taman bunga.

Sekian Rekreasi  Di Taman Dajia


Hmm, waktu sehari sangatlah cepat. Tidak terasa matahari sudah condong ke arah barat. 
Saya dan teman-teman ingin menyudahi rekreasi di Taman Dajia. 

Kawan sekian Rekreasi Taiwan. Kita sudah melihat indanya jembatan melintasi Sungai Keelung, belajar mendayung, melihat taman bunga dan air mancur.

Apakah anda ingin mengunjungi Taman Dajia?


Transportasi


Transportasi yang dapat anda gunakan untuk menuju Dajia Riverside Park yaitu:

Dari Stasiun Taipei naik MRT Jalur Biru turun di Stasiun Zhongxiao Fuxing, kemudian oper di Jalur Coklat dan turun di Stasiun Dazhi. Melanjutkan berjalan kaki sekitar 1.5 km untuk sampai di Dajia Riverside Park.

Artikel Rekreasi Taiwan Lainnya, Silahkan Membaca:



08 November 2017

Taman Lanya: Menikmati Udara Segar dan Menjumpai Kawan Lama di Taman Lanya | Blog Rekreasi


Selamat pagi Kawan. Sudah beberapa bulan ini Taiwan sedang berada pada musim panas. Matahari bersinar terik serta tanaman pun mudah sekali kering dan layu.
Akibatnya badan menjadi mudah berkeringat dan tidak nyaman ketika berada di luar maupun di dalam ruangan.

Menyalakan ac sudah pasti dapat kita lakukan untuk memperoleh udara sejuk ketika berada di dalam ruangan.
Tetapi bagaimana kalau sedang di luar ruangan?
Ada cara tradisional yang menyenangkan dapat kita lakukan yaitu berkipas-kipas maupun berteduh di bawah pohon.

Rekreasi Taiwan kali ini menceritakan tentang berteduh di Taman Lanya ketika cuaca sedang panas.
Bagaimana indahnya suasana di Taman Lanya? Mari kita melihatnya!

Menuju Ke Taman Lanya


Sudah lama saya ingin berjumpa dengan tetangga dari desa. Akhirnya pada hari minggu yang sudah kami sepakati untuk bertemu di Taman Lanya.

Naik kereta dari Stasiun Taipei kemudian turun di Stasiun Shilin lalu keluar pintu 1. Kemudian berjalan ke arah kanan sampai di halte bis di sisi jalan raya.

Naik bis 685 lalu turun di Taipei Municipal Lanya Junior High School atau bisa mengatakan Lanya Kocung.
Setelah itu menyeberang jalan dan sudah sampai di Taman Lanya.

Berteduh Di Taman Lanya


Sesudah menyeberang jalan dari Lanya Kocung maka Taman Lanya sudah kelihatan.
Sekilas melihatnya, Taman Lanya hanyalah sebuah taman kecil.  Terdapat sebuah halte bis di samping taman yaitu di dekat jalan raya.

Di samping halte terdapat pohon-pohon beringin yang rimbun. Batangnya besar-besar, daunnya rimbun serta akar-akarnya menggantung seperti rambut panjang.
Ketika berada di dekat pohon-pohon beringin ini saya merasakan udara sejuk.

Selain pohon-pohon beringin ada pula batu-batu hitam. Batu-batu hitam ditata di samping pohon besar. Duduk di batu-batu hitam di bawah pohon besar juga merasakan udara yang sejuk.

Ada juga paviliun. Beberapa warga memanfaatkan paviliun untuk berteduh sambil berbincang-bincang.

Sebuah jalan kecil membagi dua Taman Lanya bagian depan yaitu di samping jalan raya dan bagian belakang yang berada di dekat pasar pagi.

Berjalan-jalan di Taman Lanya bagian belakang suasananya agak berbeda dengan taman bagian depan.
Taman belakang terasa lebih lapang karena  tanaman  yang berukuran pendek.

Tanaman bunga lili putih bermekaran diantara hijau daun-daunnya sungguh menawan.
Tanaman petai cina dan tanaman lainnya cukup membuat teduh suasana.
Sedangkan sarana kamar kecil umum terdapat di Taman Lanya bagian belakang.

Berjalan-jalan lagi hingga di Taman Lanya ujung belakang. Kelihatan para pedagang menjajakan dagangannya di sepanjang jalan Pasar Pagi.

Pedagang tas ramai dikerumuni pembeli. Pedagang buah, sayuran dan minuman jahe. Ada juga pedagang pakaian, aksesoris, perabot, perlengkapan hape dan lainnya.

Sesudah berjalan-jalan di pasar pagi, kembali ke Taman Lanya dan duduk di kursi-kursi yang berjajar di taman bagian samping.
Duduk di kursi di bawah pohon rindang sungguh merasa nyaman.

lanya-park-blog-rekreasi

Terlaksanalah sudah ingin bertemu dengan tetangga dan Saudara dari desa. Berbincang-bincang serta berteduh di Taman Lanya.

Sekian Rekreasi  Di Taman Lanya


Kawan sekian dan sudah berjalan-jalan menikmati udara segar di Taman Lanya yang rindang bersama  Rekreasi Taiwan.
Anda ingin mengunjungi Taman Lanya?

Transportasi


Transportasi yang dapat anda gunakan untuk menuju Taman Lanya yaitu:

Dari Stasiun Taipei naik MRT. Jalur Merah turun di Stasiun Shilin keluar pintu 1. Berjalan kaki 550 meter menuju terminal bis Kantor Residen Shilin dan naik bis 203, 285 atau 685.
Selamat rekreasi.

Artikel Rekreasi Taiwan Lainnya, Silahkan Membaca:



Tempat Wisata Menarik

Yehliu Geopark | Ajaib! Batu Karang Bentuknya Seperti Kepala Ratu | Blog Rekreasi

Selamat sore Kawan rekreasi, bagaimana kabar anda hari ini? Semoga kabar baik semuanya ya? Alhamdulillah, amin. Akhir pekan sebent...

Artikel Populer