Selamat pagi Kawan, hari ini cuaca sangat cerah. Bagaimana kabar anda? Semoga kabar baik selalu ya?
Berjumpa lagi kita dengan Rekreasi Taiwan yang akan menceritakan rekreasi di Taman Shuangxi daerah Shilin.
Berjumpa lagi kita dengan Rekreasi Taiwan yang akan menceritakan rekreasi di Taman Shuangxi daerah Shilin.
Bagaimana sensasi ketika berada di dalam goa? Bagaimana pula rasa sejuk ketika berada di paviliun berdinding bambu serta melihat pemandangan dari atas jembatan?
Mari kita melihat cerita selengkapnya berikut!
Tentang Taman Shuangxi
Shuangxi Park atau Taman Shuangxi merupakan sebuah taman dengan luas sekitar dua hektar yang beralamat di Jalan Fulin no.307 District Shilin, Kota Taipei 111.
Taman dibangun dengan suasana romantik ada jembatan, kolam teratai, paviliun, bukit dan goa buatan.
Bunga lili air raksasa yang mekar pada sekitar bulan agustus menjadi daya tarik pengunjung. Pengunjung dapat naik ke atas daun bunga lili yang berdiameter satu meter lebih, yang berada di dalam kolam.
Menuju Ke Taman Shuangxi
Hari rabu masih sangat pagi ketika saya naik bis 685 dari halte bis Zhongxiao Fuxing menuju halte bis SMP Negri Lanya untuk menjumpai Kawan.
Sesudah berjumpa Kawan baru kemudian bersama-sama menuju Taman Shuangxi dengan naik taksi agar lebih cepat sampai ke tujuan dengan membayar ongkos sekitar NT 100.
Walau sebenarnya dapat pula naik bis dengan ongkos yang lebih murah hanya NT 15.
Naik taksi hanya dua puluh menit maka sudah sampai di Taman Shuangxi. Kebetulan Bapak Sopir menurunkan kami di taman belakang sehingga pintu masuknya hanya kecil yang cukup untuk masuk satu orang saja.
Hati Berdebar Ketika Mendekati Goa
Melihat pintu masuk taman yang hanya kecil cukup untuk masuk satu orang, membuat saya ragu-ragu untuk memasukinya.
Pertanyaan timbul dalam hati, "Apakah benar ini Taman Shuangxi? Mengapa hanya kecil? Apakah Bapak Sopir taksi salah mengantarkan kami? Tetapi Bapak Sopir pasti sudah hapal lokasi."
Sesudah mencari-cari keterangan, kelihatan papan kayu bertuliskan Shuangxi Park. Perasaan menjadi mantap untuk memasuki taman.
Ketika sudah di dalam taman ternyata saya baru menyadari ada gapura yang cukup besar dan memiliki pintu masuk kira-kira berukuran panjang dua meter dan tinggi tiga meter.
Gapura berwarna abu-abu dari bahan semen dan batu alam.
Memasuki gapura masuk saya dan Kawan langsung merasakan sejuknya pemandangan. Pohon beringin tumbuh rindang disisi pagar samping kanan dan kiri. Daun hijaunya dipangkas rapi dengan panjang dan bentuk yang serasi
Sementara di bagian tengah terdapat taman melingkar yang juga rindang oleh daun-daun hijau.
Sesudah berfoto sebentar di sekitar gapura, saya dan Kawan melanjutkan melihat pemandangan di belakang taman melingkar.
"Ada goa?" saya bertanya dalam hati.
Jujur, pertama kalinya berada di Taman Shuangxi, melihat dan mendekat ke arah goa, perasaan saya berdebar-debar.
Bahkan Kawan pun hampir tidak mau mendekati goa.
Memang pertama melihat goa tersebut kesannya dingin karena warna bebatuannya hitam dan abu-abu.
Lagipula pada pagi hari tersebut hanya kami berdua yang berada di lokasi sehingga suasana sangat sepi.
Seorang wanita separuh baya yang membersihkan taman pun sudah berlalu entah kemana.
"Ayo kita mendekati goa! Tidak apa-apa karena kita tidak mengganggu dan hanya mampir rekreasi!" ujar saya pada Kawan yang kelihatan berat untuk melangkah mendekati goa.
Dengan berdo'a dalam hati saya mendekat dan melihat-lihat ke mulut goa.
Mulut goa melingkar dengan stalaktit yang runcing di langit-langitnya. Batu-batu berukuran besar dengan bentuk tidak rata memenuhi dinding goa yang kalau diperhatikan goa tersebut sepertinya goa buatan.
Lampu neon di atap goa cukup menerangi lorong, sehingga kelihatan suasana di dalam goa tampak bersih dan kering yang membuat persaan saya lebih tenang.
Kawan dan saya bergantian mengambilkan foto. Giliran mengambil beberapa foto entah mengapa tiba-tiba ponsel Kawan saya menjadi terganggu dan tidak dapat mengambil gambar.
Beberapa foto yang saya ambil hasilnya kosong dan pudar. Kawan saya merasa tidak nyaman lalu mengajak saya menuju tempat pemandangan lainnya.
Kemudian kami melewati lorong kayu, yaitu sebuah lorong dari kayu-kayu. Bagian atapnya melengkung dengan panjang sekitar sepuluh meter. Meski begitu lorong kayu ini terbuka sehingga udara berhembus segar. Berfoto di lokasi lorong kayu pun sangat bagus karena bentuk lorong yang unik dan kayu yang cantik.
Berada di belakang lorong kayu saya dan Kawan terkejut karena melihat mulut goa lagi. Rupanya goa yang tadi kami datangi hanyalah goa pendek saja, ibarat sepanjang lorong kayu. Melihat hal tersebut saya dan Kawan tertawa bersama dan tidak takut lagi masuk ke dalamnya.
Berada di samping goa terdapat bangunan dari tiang-tiang bambu berwarna hijau. Bangunan tersebut kelihatan bersih, rapi dan unik. Bingkai bambu pada cermin. Rupanya bangunan tersebut merupakan toilet.
Dalam hati saya bergumam "Toiletnya saja cantik begini, tentu pemandangan lainnya juga menawan."
Menyusuri Taman Shuangxi sampai di bagian pinggir dekat jalan raya. Lagi-lagi bertemu dengan batang-batang bambu berwarna hijau.
Kali ini batang-batang bambu berbentuk kerangka segiempat menyerupai bingkai foto.
Di dalamnya terdapat bangku-bangku untuk duduk. Sedangkan di pinggiran kerangka bambu ditanami pohon palem yang berdaun lebat sehingga ketika kita bediri maupun duduk di sana, merasakan udara yang sejuk dan segar. Tempat ini pun sangat cocok untuk berfoto.
Tiba-tiba ponsel berdering dan seorang Kawan menyusul kami rekreasi di Taman Shuangxi. Hari pun bertambah siang, pengunjung mulai berdatangan.
Serombongan anak taman kanak-kanak datang bersama guru-guru pembimbingnya.
Beberapa wanita dan pria, rombongan sekeluarga menggendong bayinya dan lainnya.
Saya dan Kawan terus menyusuri Taman Shuangxi. Ketika tiba di kolam, ingin melihat teratai dan bunga serta daun lili raksasa.
"Dimana bunga teratai dan pohon lili air raksasa?"
Ternyata pada hari tersebut sedang tidak musim bunga lili air, sehingga kolam sebagian kering. Menurut beritanya untuk dapat melihat bunga lili air harus pada sekitar bulan agustus. Pada musim tersebut pengunjung dapat mendaftar dan naik ke atas daun bunga lili raksasa.
Meskipun tidak melihat bunga lili air raksasa yang menjadi favorit pengunjung, tetapi menyaksikan Taman Shuangxi yang memiliki penataan cantik seperti indahnya puisi, sudah membuat hati senang.
Berada di atas jembatan sambil memandang pemandangan di sekitarnya. Air kolam memantulkan bayangan dahan-dahan yang rimbun di atas kolam. Angin semilir menerpa badan. Beberapa pengunjung duduk di paviliun dan berbincang-bincang.
Bukit batu berada di samping paviliun kecil. Kawan-Kawan naik ke atas bukit batu dan melambaikan tangan seperti nya sangat bergembira. Sedangkan saya menunggu mereka di bawah.
Ketika mereka turun dari bukit batu kemudian kami melanjutkan menyusuri Taman Shuangxi menuju jembatan kayu.
Jembatan kayu berwarna coklat kelihatan sejuk dipandang. Suasananya bertambah menawan karena jembatan kayu berada di atas kolam ikan. Berdiri di atas jembatan kayu, menikmati semilir angin sambil memandang ikan-ikan yang berenang kian-kemari.
Di samping kolam dan jembatan kayu terdapat paviliun besar yang merupakan bangunan dengan ruangan terbuka.
Dinding-dindingnya berbentuk dinding bambu berwarna hijau. Pintu bulat seperti bingkai foto berada di tengah-tengah dinding bambu. Sedangkan dinding bambu yang memiliki pintu bulat di tengahnya ada dua, yaitu di bagian kanan dan kiri.
Berada di paviliun besar cocok untuk berfoto-foto. Bersandar di pagar paviliun sambil memandang kolam. Dinding bambu berwarna hijau mengingatkan pada alam desa yang biasanya tumbuh subur rumpun bambu.
Di samping paviliun besar masih terdapat lorong koridor. Lorong ini menghubungkan ke paviliun kecil di bagian ujung-ujung lorong. Kelihatan beberapa pengunjung berbincang-bincang di paviliun.
Malah ada juga yang bersandar seperti sedang tidur-tiduran. Mungkin karena pemandangan yang sejuk dan udara segar, membuat mereka pun merasa nyaman berada di Taman Shuangxi.
Hari sudah semakin sore, Kawan-Kawan ingin menyudahi rekreasi di Taman Shuangxi. Mereka segera naik transportasi untuk menuju ke tempatnya. Saya masih ingin berlama-lama melihat pemandangan taman.
Berjalan melewati koridor menuju gapura depan. Ukuran gapura depan dan belakang kurang lebih sama besar. Dua patung singa batu jantan dan betina menyambut pengunjung di sisi kanan dan kiri gapura.
Beberapa meter dari gapura terdapat rumah kayu mungil berbentuk bulat dan beratap bulat pula. Pada dinding-dindingnya banyak gambar bunga teratai dan pohon lili air raksasa yang daunnya berbentuk bulat berukuran besar mengambang di air.
Pohon pisang hias tumbuh rimbun tidak jauh dari rumah kayu mungil. Warna hijau daun dimana-mana mata kita memandang. Selain itu beberapa bunga pun tumbuh di taman. Bunga camelia berwarna merah jambu menjadi daya tarik sendiri. Bunganya mekar hampir memenuhi seluruh batangnya.
Merasa senang rekreasi di Taman Shuangxi. Hari pun semakin sore saya bergegas mencari terminal bis untuk melanjutkan perjalanan.
Sementara di bagian tengah terdapat taman melingkar yang juga rindang oleh daun-daun hijau.
Sesudah berfoto sebentar di sekitar gapura, saya dan Kawan melanjutkan melihat pemandangan di belakang taman melingkar.
"Ada goa?" saya bertanya dalam hati.
Jujur, pertama kalinya berada di Taman Shuangxi, melihat dan mendekat ke arah goa, perasaan saya berdebar-debar.
Bahkan Kawan pun hampir tidak mau mendekati goa.
Memang pertama melihat goa tersebut kesannya dingin karena warna bebatuannya hitam dan abu-abu.
Lagipula pada pagi hari tersebut hanya kami berdua yang berada di lokasi sehingga suasana sangat sepi.
Seorang wanita separuh baya yang membersihkan taman pun sudah berlalu entah kemana.
"Ayo kita mendekati goa! Tidak apa-apa karena kita tidak mengganggu dan hanya mampir rekreasi!" ujar saya pada Kawan yang kelihatan berat untuk melangkah mendekati goa.
Dengan berdo'a dalam hati saya mendekat dan melihat-lihat ke mulut goa.
Mulut goa melingkar dengan stalaktit yang runcing di langit-langitnya. Batu-batu berukuran besar dengan bentuk tidak rata memenuhi dinding goa yang kalau diperhatikan goa tersebut sepertinya goa buatan.
Lampu neon di atap goa cukup menerangi lorong, sehingga kelihatan suasana di dalam goa tampak bersih dan kering yang membuat persaan saya lebih tenang.
Kawan dan saya bergantian mengambilkan foto. Giliran mengambil beberapa foto entah mengapa tiba-tiba ponsel Kawan saya menjadi terganggu dan tidak dapat mengambil gambar.
Beberapa foto yang saya ambil hasilnya kosong dan pudar. Kawan saya merasa tidak nyaman lalu mengajak saya menuju tempat pemandangan lainnya.
Kemudian kami melewati lorong kayu, yaitu sebuah lorong dari kayu-kayu. Bagian atapnya melengkung dengan panjang sekitar sepuluh meter. Meski begitu lorong kayu ini terbuka sehingga udara berhembus segar. Berfoto di lokasi lorong kayu pun sangat bagus karena bentuk lorong yang unik dan kayu yang cantik.
Taman Kerangka Bambu
Sesudah melewati lorong kayu ternyata pemandangan berikutnya pun sangat menawan. Kelihatan danau, jembatan, pohon berbunga warna pink, paviliun dan bukit.
Saya dan Kawan merasa senang.
"Alhamdulillah pemandangannya bagus sekali. Untung kita pagi-pagi sudah kesini, sehingga pemandangan tampak hijau dan udara terasa segarnya", Kawan sangat bersyukur berada di Taman Shuangxi pada pagi hari.
"Iya betul! Sinar matahari juga masih hangat kuku sehingga nyaman di badan", saya pun merasa senang.
Berada di belakang lorong kayu saya dan Kawan terkejut karena melihat mulut goa lagi. Rupanya goa yang tadi kami datangi hanyalah goa pendek saja, ibarat sepanjang lorong kayu. Melihat hal tersebut saya dan Kawan tertawa bersama dan tidak takut lagi masuk ke dalamnya.
Berada di samping goa terdapat bangunan dari tiang-tiang bambu berwarna hijau. Bangunan tersebut kelihatan bersih, rapi dan unik. Bingkai bambu pada cermin. Rupanya bangunan tersebut merupakan toilet.
Dalam hati saya bergumam "Toiletnya saja cantik begini, tentu pemandangan lainnya juga menawan."
Menyusuri Taman Shuangxi sampai di bagian pinggir dekat jalan raya. Lagi-lagi bertemu dengan batang-batang bambu berwarna hijau.
Kali ini batang-batang bambu berbentuk kerangka segiempat menyerupai bingkai foto.
Di dalamnya terdapat bangku-bangku untuk duduk. Sedangkan di pinggiran kerangka bambu ditanami pohon palem yang berdaun lebat sehingga ketika kita bediri maupun duduk di sana, merasakan udara yang sejuk dan segar. Tempat ini pun sangat cocok untuk berfoto.
Tiba-tiba ponsel berdering dan seorang Kawan menyusul kami rekreasi di Taman Shuangxi. Hari pun bertambah siang, pengunjung mulai berdatangan.
Serombongan anak taman kanak-kanak datang bersama guru-guru pembimbingnya.
Beberapa wanita dan pria, rombongan sekeluarga menggendong bayinya dan lainnya.
Saya dan Kawan terus menyusuri Taman Shuangxi. Ketika tiba di kolam, ingin melihat teratai dan bunga serta daun lili raksasa.
"Dimana bunga teratai dan pohon lili air raksasa?"
Ternyata pada hari tersebut sedang tidak musim bunga lili air, sehingga kolam sebagian kering. Menurut beritanya untuk dapat melihat bunga lili air harus pada sekitar bulan agustus. Pada musim tersebut pengunjung dapat mendaftar dan naik ke atas daun bunga lili raksasa.
Meskipun tidak melihat bunga lili air raksasa yang menjadi favorit pengunjung, tetapi menyaksikan Taman Shuangxi yang memiliki penataan cantik seperti indahnya puisi, sudah membuat hati senang.
Berada di atas jembatan sambil memandang pemandangan di sekitarnya. Air kolam memantulkan bayangan dahan-dahan yang rimbun di atas kolam. Angin semilir menerpa badan. Beberapa pengunjung duduk di paviliun dan berbincang-bincang.
Bukit batu berada di samping paviliun kecil. Kawan-Kawan naik ke atas bukit batu dan melambaikan tangan seperti nya sangat bergembira. Sedangkan saya menunggu mereka di bawah.
Ketika mereka turun dari bukit batu kemudian kami melanjutkan menyusuri Taman Shuangxi menuju jembatan kayu.
Jembatan kayu berwarna coklat kelihatan sejuk dipandang. Suasananya bertambah menawan karena jembatan kayu berada di atas kolam ikan. Berdiri di atas jembatan kayu, menikmati semilir angin sambil memandang ikan-ikan yang berenang kian-kemari.
Di samping kolam dan jembatan kayu terdapat paviliun besar yang merupakan bangunan dengan ruangan terbuka.
Dinding-dindingnya berbentuk dinding bambu berwarna hijau. Pintu bulat seperti bingkai foto berada di tengah-tengah dinding bambu. Sedangkan dinding bambu yang memiliki pintu bulat di tengahnya ada dua, yaitu di bagian kanan dan kiri.
Berada di paviliun besar cocok untuk berfoto-foto. Bersandar di pagar paviliun sambil memandang kolam. Dinding bambu berwarna hijau mengingatkan pada alam desa yang biasanya tumbuh subur rumpun bambu.
Di samping paviliun besar masih terdapat lorong koridor. Lorong ini menghubungkan ke paviliun kecil di bagian ujung-ujung lorong. Kelihatan beberapa pengunjung berbincang-bincang di paviliun.
Malah ada juga yang bersandar seperti sedang tidur-tiduran. Mungkin karena pemandangan yang sejuk dan udara segar, membuat mereka pun merasa nyaman berada di Taman Shuangxi.
Hari sudah semakin sore, Kawan-Kawan ingin menyudahi rekreasi di Taman Shuangxi. Mereka segera naik transportasi untuk menuju ke tempatnya. Saya masih ingin berlama-lama melihat pemandangan taman.
Berjalan melewati koridor menuju gapura depan. Ukuran gapura depan dan belakang kurang lebih sama besar. Dua patung singa batu jantan dan betina menyambut pengunjung di sisi kanan dan kiri gapura.
Beberapa meter dari gapura terdapat rumah kayu mungil berbentuk bulat dan beratap bulat pula. Pada dinding-dindingnya banyak gambar bunga teratai dan pohon lili air raksasa yang daunnya berbentuk bulat berukuran besar mengambang di air.
Pohon pisang hias tumbuh rimbun tidak jauh dari rumah kayu mungil. Warna hijau daun dimana-mana mata kita memandang. Selain itu beberapa bunga pun tumbuh di taman. Bunga camelia berwarna merah jambu menjadi daya tarik sendiri. Bunganya mekar hampir memenuhi seluruh batangnya.
Merasa senang rekreasi di Taman Shuangxi. Hari pun semakin sore saya bergegas mencari terminal bis untuk melanjutkan perjalanan.
Sekian Rekreasi Di Taman Shuangxi
Kawan hari sudah semakin sore dan kita sudah rekreasi di Taman Shuangxi. Melihat indahnya taman, bunga-bunga, merasakan berada di dalam goa meskipun goa buatan, merasakan alam pedesaan dengan melihat bambu-bambu, serta melihat nuansa kolam dan jembatan yang menyentuh perasaan untuk mengatakannya menawan.
Kawan apakah anda pernah mengunjungi Taman Shuangxi? Kalau belum anda dapat mencobanya kesana.
Transportasi
Transportasi yang dapat anda gunakan untuk menuju Taman Shuangxi yaitu:
Dari Taipei Main Station naik bis 260 dan turun di Taibei High School. Kemudian berjalan kaki seratus meter sampai di Taman Shuangxi.
Dari Taipei Main Station naik MRT Jalur Merah turun di Shilin Station pintu 2. Kemudian berjalan kaki 1km sampai di Taman Shuangxi.
Dari Taipei Main Station naik bis 260 dan turun di Taibei High School. Kemudian berjalan kaki seratus meter sampai di Taman Shuangxi.
Dari Taipei Main Station naik MRT Jalur Merah turun di Shilin Station pintu 2. Kemudian berjalan kaki 1km sampai di Taman Shuangxi.