Selamat sore Teman-Teman, hari ini cuaca cukup dingin. Musim dingin masih saja menyelimuti negara Taiwan yang memiliki empat musim ini.
Dingin dapat membuat kita merasa enggan beraktifitas, karena lebih nyaman kalau bersembunyi di balik selimut.
Hmm, tetapi tidak mungkin kita terus-menerus berdiam diri. Karena banyak tugas yang harus dilakukan.
Begitu juga Blog Rekreasi selalu ingin menyuguhkan cerita baru, mengenai tempat-tempat yang menarik untuk kita kunjungi.
Karena itu beberapa waktu lalu saya dan Kawan berjalan-jalan di daerah Tamsui, tepatnya di sebuah universitas di pinggir Laut Tamsui yaitu Universitas Aletheia.
Melihat gambar di atas tampak megah sekali ya, bangunannya?
Dingin dapat membuat kita merasa enggan beraktifitas, karena lebih nyaman kalau bersembunyi di balik selimut.
Hmm, tetapi tidak mungkin kita terus-menerus berdiam diri. Karena banyak tugas yang harus dilakukan.
Begitu juga Blog Rekreasi selalu ingin menyuguhkan cerita baru, mengenai tempat-tempat yang menarik untuk kita kunjungi.
Karena itu beberapa waktu lalu saya dan Kawan berjalan-jalan di daerah Tamsui, tepatnya di sebuah universitas di pinggir Laut Tamsui yaitu Universitas Aletheia.
Melihat gambar di atas tampak megah sekali ya, bangunannya?
Tentang Aletheia
Menurut wikipedia, Universitas Aletheia merupakan lembaga pendidikan tinggi tertua di Taiwan.
Seorang menteri Kanada bernama Pdt. Dr. George Leslie Mackay mendirikan universitas yang bernama Oxford University College pada tahun 1882. Kemudian berganti nama menjadi Universitas Aletheia.
Seorang menteri Kanada bernama Pdt. Dr. George Leslie Mackay mendirikan universitas yang bernama Oxford University College pada tahun 1882. Kemudian berganti nama menjadi Universitas Aletheia.
Lembaga pendidikan tinggi Aletheia menerapkan prinsip 3H:
- Humble.
- Humane.
- Humoris.
Kampus Aletheia terdiri dari dua kampus yaitu Kampus Taipei dan Kampus Tainan dan telah memiliki sekitar 11.000 siswa.
Menuju Ke Universitas Aletheia
Minggu pagi saya dan Kawan berniat ke Universitas Aletheia. Cuaca hari itu sedang-sedang saja, alias tidak hujan dan tidak cerah. Meski begitu awan putih menutupi langit.
Biarpun cuaca tidak terlalu bagus, saya dan Kawan tetap dengan niat semula untuk rekreasi di Universitas Aletheia memiliki bangunan megah menjulang.
Awalnya saya juga hanya melihat di internet gambar universitas tersebut. Bangunannya kelihatan megah kelihatan juga foto pasangan preweding di depan bangunan universitas.
Lalu timbullah keinginan untuk melihatnya langsung.
Untuk itu saya dan Kawan naik MRT dari Stasiun Taipei kemudian turun di Stasiun Tamsui keluar pintu 1. Setelah itu seharusnya kami langsung naik bis ke tempat tujuan.
Tetapi kebiasaan kami apabila bepergian dan bertemu pasar, maka akan mampir dan melihat barang-barang di pasar.
Selalu saja ada barang yang dibeli, entah pakaian, tas, pernak-pernik, tentunya juga makanan.
Jadinya ribet sendiri, ingin bermain santai tapi malah membawa barang-barang.
Awalnya saya juga hanya melihat di internet gambar universitas tersebut. Bangunannya kelihatan megah kelihatan juga foto pasangan preweding di depan bangunan universitas.
Lalu timbullah keinginan untuk melihatnya langsung.
Untuk itu saya dan Kawan naik MRT dari Stasiun Taipei kemudian turun di Stasiun Tamsui keluar pintu 1. Setelah itu seharusnya kami langsung naik bis ke tempat tujuan.
Tetapi kebiasaan kami apabila bepergian dan bertemu pasar, maka akan mampir dan melihat barang-barang di pasar.
Selalu saja ada barang yang dibeli, entah pakaian, tas, pernak-pernik, tentunya juga makanan.
Jadinya ribet sendiri, ingin bermain santai tapi malah membawa barang-barang.
Akibat Mampi Ke Pasar
Niat awal hendak menyeberang jalan di perempatan lalu lintas, kemudian mencari halte bis. Meskipun di di depan Stasiun Tamsui juga ada halte bis entah mengapa rasanya ingin menyeberang saja.
Tiba di Tamsui Old Street melihat kerumunan pengunjung, jalanan jadi cukup macet.
Ternyata di sana lokasi pasar. Di sepanjang jalan pedagang menjual berbagai macam barang. Masih ada juga pasar tradisional di dalam.
Tiba di Tamsui Old Street melihat kerumunan pengunjung, jalanan jadi cukup macet.
Ternyata di sana lokasi pasar. Di sepanjang jalan pedagang menjual berbagai macam barang. Masih ada juga pasar tradisional di dalam.
Saya dan Kawan bergegas menelusuri gang-gang kecil dan melihat aneka selimut, tas, sepatu, aksesoris dan lainnya. Sepertinya harga di Tamsui Old Street cukup murah.
Bahkan makanan juga lebih murah, waktu itu saya membeli keripik ubi jalar sekantong besar hanya Nt.100 atau sekitar Rp. 40.000,_
Bahkan makanan juga lebih murah, waktu itu saya membeli keripik ubi jalar sekantong besar hanya Nt.100 atau sekitar Rp. 40.000,_
Tetapi akibat memasuki pasar tanpa terasa saya dan Kawan berjalan jauh dan menyimpang dari jalan yang seharusnya.
"Yahhh sampai dimana kita ini?" saya menjadi bingung karena tidak mengenali jalan.
"Coba kita bertanya kepada penjual es krim. Permisi Pak, jalan yang menuju ke Universitas Aletheia kemana ya?"
"Arahnya kesana! Mbak bisa berjalan kaki karena dari sini tidak ada bis yang menuju Aletheia!" keterangan Bapak penjual es krim.
"Yah Kris kita harus berjalan kaki!"
Perasaan sedih juga, sepertinya jarak yang harus ditempuh lumayan jauh. Apa boleh buat hanya bisa berjalan pelan-pelan.
Perasaan sedih juga, sepertinya jarak yang harus ditempuh lumayan jauh. Apa boleh buat hanya bisa berjalan pelan-pelan.
Setelah berjalan cukup lama, bertanya ke beberapa warga akhirnya sampai ke Universitas Aletheia.
Memang kelihatannya sudah dekat tetapi kalau ditempuh berjalan kaki ternyata jauh juga.
Memang kelihatannya sudah dekat tetapi kalau ditempuh berjalan kaki ternyata jauh juga.
Bangunan Megah Universitas Aletheia
Rasa capek akibat berjalan kaki yang cukup jauh berangsur hilang ketika tiba di lokasi Universitas Aletheia.
Perasaan menjadi lega serta gembira ingin melihat dari dekat bangunan megah tersebut.
Mungkin Teman-Teman sudah melihat banyak bangunan indah.
Tetapi Universitas Aletheia memiliki kesan berbeda.
Gedung tinggi menjulang dengan warna merah bata kombinasi abu-abu serta krem tersebut berada di pinggir laut sehingga angin pun semilir.
Pohon-pohon rimbun berdaun hijau membuat teduh area taman di samping kolam.
Bangunan Universitas Aletheia sisi atapnya berbentuk lancip melengkung-lengkung seperti helai daun.
Bentuk demikian dibuat serasi dengan pintu dan pagar gerbang.
Kolam air mancur berukuran cukup besar membuat lokasi lebih sejuk. Duduk di bangku tepian kolam di bawah pohon rindang sambil berbincang dengan kawan sangat senang.
Berada di taman terdapat jembatan kecil yang melintasi kolam menuju bangunan merah bata yang bertuliskan Oxford College.
Perasaan menjadi lega serta gembira ingin melihat dari dekat bangunan megah tersebut.
Mungkin Teman-Teman sudah melihat banyak bangunan indah.
Tetapi Universitas Aletheia memiliki kesan berbeda.
Gedung tinggi menjulang dengan warna merah bata kombinasi abu-abu serta krem tersebut berada di pinggir laut sehingga angin pun semilir.
Pohon-pohon rimbun berdaun hijau membuat teduh area taman di samping kolam.
Bangunan Universitas Aletheia sisi atapnya berbentuk lancip melengkung-lengkung seperti helai daun.
Bentuk demikian dibuat serasi dengan pintu dan pagar gerbang.
Kolam air mancur berukuran cukup besar membuat lokasi lebih sejuk. Duduk di bangku tepian kolam di bawah pohon rindang sambil berbincang dengan kawan sangat senang.
Berada di taman terdapat jembatan kecil yang melintasi kolam menuju bangunan merah bata yang bertuliskan Oxford College.
Sementara di samping gedung Aletheia kita akan menemukan kafe. Duduk di bangku yang ada di kafe sambil menikmati kopi pun melihat pemandangan.
Tidak jauh dari kafe terdapat bangunan gedung putih yang panjang. Entah bangunan apa saya kurang memperhatikan.
Saya malah lebih melihat pemandangan laut.
Lautan luas serta kapal-kapal fery hilir mudik ke dermaga. Gunung di seberang pun berdiri kokoh.
Selamat Datang Di Universitas Aletheia
Hari semakin sore, gerimis mulai lebat. Rambut pun kusut tertimpa air. Saya dan Kawan ingin menyudahi rekreasi hendak menuju jalan raya.
Karena awal datang ke Universitas Aletheia dari arah belakang maka untuk pulang kami menuju ke depan.
Saat itulah kami menjumpai dua pemuda yang sedang berfoto di sebuah papan bertuliskan "Welcome To Aletheia University".
Saya dan Kawan juga menjadi ingin mengabadikan moment di depan papan Selamat Datang di Universitas Aletheia.
Karena awal datang ke Universitas Aletheia dari arah belakang maka untuk pulang kami menuju ke depan.
Saat itulah kami menjumpai dua pemuda yang sedang berfoto di sebuah papan bertuliskan "Welcome To Aletheia University".
Saya dan Kawan juga menjadi ingin mengabadikan moment di depan papan Selamat Datang di Universitas Aletheia.
Setelah memiliki foto di papan Selamat Datang kami berniat untuk mencari terminal bis dan pulang.
Tetapi sebelum sampai ke jalan raya ternyata menjumpai ramainya pengunjung yang sedang antri tiket dan mengambil stempel souvenir.
Karena penasaran saya pun mendekat untuk mengetahuinya. Ternyata tempat tersebut merupakan tempat rekreasi juga yang bernama Benteng Santo Domingo.
Dengan membeli tiket masuk saya dan Kawan memasuki lokasinya.
Pertama masuk tidak jauh terdapat kamar kecil yang bersih dengan dekorasi bunga-bunga.
Barulah ketika jalan menanjak sekitar 100 meter menjumpai bangunan kuno berwarna merah bata bernama Benteng Santo Domingo.
Disana ada dua gedung, satu gedung di luarnya berjajar bendera-bendera. Sementara di dalamnya berisi galeri, lukisan dan cerita sejarah.
Satu gedung lagi berukuran lebih besar, berbentuk segi empat dan memiliki banyak pintu terbuka.
Sedangkan di luarnya berjajar meriam-meriam.
Pengunjung cukup ramai, kedengaran dari bahasanya sepertinya pengunjung dari Korea dan Jepang.
Untuk mengetahui lebih lengkap tentang rekreasi di Benteng Santo Domingo, sebaiknya terlebih dulu anda membaca, Benteng Santo Domingo: Meriam Dan Benteng Peninggalan Belanda | Blog Rekreasi.
Tetapi sebelum sampai ke jalan raya ternyata menjumpai ramainya pengunjung yang sedang antri tiket dan mengambil stempel souvenir.
Karena penasaran saya pun mendekat untuk mengetahuinya. Ternyata tempat tersebut merupakan tempat rekreasi juga yang bernama Benteng Santo Domingo.
Dengan membeli tiket masuk saya dan Kawan memasuki lokasinya.
Pertama masuk tidak jauh terdapat kamar kecil yang bersih dengan dekorasi bunga-bunga.
Barulah ketika jalan menanjak sekitar 100 meter menjumpai bangunan kuno berwarna merah bata bernama Benteng Santo Domingo.
Disana ada dua gedung, satu gedung di luarnya berjajar bendera-bendera. Sementara di dalamnya berisi galeri, lukisan dan cerita sejarah.
Satu gedung lagi berukuran lebih besar, berbentuk segi empat dan memiliki banyak pintu terbuka.
Sedangkan di luarnya berjajar meriam-meriam.
Pengunjung cukup ramai, kedengaran dari bahasanya sepertinya pengunjung dari Korea dan Jepang.
Untuk mengetahui lebih lengkap tentang rekreasi di Benteng Santo Domingo, sebaiknya terlebih dulu anda membaca, Benteng Santo Domingo: Meriam Dan Benteng Peninggalan Belanda | Blog Rekreasi.
Sekian Rekreasi Di Universitas Aletheia
Teman-Teman sekian rekreasi di Universitas Aletheia dan sudah melihat universitas megah di pinggir Laut Tamsui.
Rekreasi Taiwan akan kembali bercerita indahnya tempat-tempat di Taiwan, silahkan membaca artikel lainnya.
Rekreasi Taiwan akan kembali bercerita indahnya tempat-tempat di Taiwan, silahkan membaca artikel lainnya.
Anda ingin mengunjungi Universitas Aletheia?
Transportasi
Transportasi yang dapat anda gunakan untuk menuju Universitas Aletheia yaitu:
- Dari Stasiun Taipei naik MRT Jalur Merah turun di Stasiun Tamsui keluar pintu 1, bisa berjalan kaki, menyusuri sekitar 1,2 km.
- Naik bis 757, 836, 837, 880, R26.
Selamat berlibur, semoga rekreasi anda menyenangkan.