Selamat sore Kawan bagaimana kabar anda hari ini? Semoga kabar baik dan lancar dalam melaksanakan kegiatan ya? Amin ya rabbal 'alamin.
Akhir pekan sebentar lagi tiba.
Apakah anda sedang merencanakan berlibur?
Apakah anda ingin rekreasi di tempat yang rindang, suasananya tenang sambil menghirup aroma wangi bunga kantil?
Selain itu anda juga dapat melihat galeri yang berisi benda dan foto-foto kehidupan di masa lampau, menikmati hidangan di kedai teh, kemudian berbelanja di kawasan Ximending.
Akhir pekan sebentar lagi tiba.
Apakah anda sedang merencanakan berlibur?
Apakah anda ingin rekreasi di tempat yang rindang, suasananya tenang sambil menghirup aroma wangi bunga kantil?
Selain itu anda juga dapat melihat galeri yang berisi benda dan foto-foto kehidupan di masa lampau, menikmati hidangan di kedai teh, kemudian berbelanja di kawasan Ximending.
Kalau anda menyukai hal-hal di atas, Rekreasi Taiwan mengetahui sebuah tempat rekreasi yang sesuai dengan ciri-ciri di atas yaitu Kuil Nishi Honganji yang terletak di dekat Stasiun Ximen.
Seperti apa keindahan lokasinya?
Mari kita bersama-sama melihatnya!
Seperti apa keindahan lokasinya?
Mari kita bersama-sama melihatnya!
Tentang Kuil Nishi Honganji
Kuil Nishi Honganji adalah sebuah kuil Budha milik Jepang terbesar yang dibangun di Taiwan pada masa penjajahan Jepang yaitu tahun 1895-1945.
Kemudian kuil mengalami kebakaran dan setelah Perang Dunia 2, kuil dikuasai militer Taiwan, digunakan sebagai kantor militer dan tempat tinggal.
Pada tahun 2006, menara lonceng yang berada di lokasi kuil diresmikan oleh pemerintah sebagai peninggalan bersejarah, yang kemudian dilaksanakan renovasi pada bangunan sekitarnya yang telah mengalami kebakaran, menurut sumber www.gov.taipei.
Bunga-Bunga Di Kuil Nishi Honganji
Memasuki lokasi Kuil Nishi Honganji, kita dapat melaui jalan depan maupun dari arah samping.
Tidak seperti tempat lainnya yang memiliki gapura masuk sebagai pertanda area rekreasi.
Kuil Nishi Honganji ini lebih sederhana, sebagaimana taman-taman kecil untuk berteduh beberapa saat.
Waktu itu saya masuk melalui jalanan samping. Yang berada di dekat pertigaan lampu lalulintas.
Pemandangan cantik segera menyambut di depan penglihatan kita berupa bunga-bunga.
Bunga pertama yang saya lihat yaitu bunga mawar. Bunga mawar bermekaran ada yang berwarna merah, merah muda dan putih.
Tidak seperti tempat lainnya yang memiliki gapura masuk sebagai pertanda area rekreasi.
Kuil Nishi Honganji ini lebih sederhana, sebagaimana taman-taman kecil untuk berteduh beberapa saat.
Waktu itu saya masuk melalui jalanan samping. Yang berada di dekat pertigaan lampu lalulintas.
Pemandangan cantik segera menyambut di depan penglihatan kita berupa bunga-bunga.
Bunga pertama yang saya lihat yaitu bunga mawar. Bunga mawar bermekaran ada yang berwarna merah, merah muda dan putih.
Beberapa pengunjung kelihatan sedang bersantai di bangku taman. Melihat kedatangan kami mereka lantas tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepala, sepertinya sangat senang ada pengunjung yang datang.
Seolah-olah mereka juga mengatakan:
"Ya silahkan, marilah kemari! Kita juga sedang rekreasi dan menikmati keindahan alam di taman ini."
"Ya silahkan, marilah kemari! Kita juga sedang rekreasi dan menikmati keindahan alam di taman ini."
Tiba-tiba saya mencium aroma harum yang menyengat hidung.
"Bunga apakah gerangan, aromanya harum sekali?"
Saya mencari sumber wewangian tersebut yang ternyata berasal dari bunga kantil yang tumbuh di samping rumah. Pohon tersebut tidak terlalu tinggi, kira-kira hanya setinggi rumah saja.
Bunga kantil berwarna putih menempel di sekujur batang dan ranting pohon. Sebagian bunganya mekar, ada yang kuncup dan ada pula yang berada di tanah di sekitar batang bawah, karena layu dan menjadi rontok.
Saya mencari sumber wewangian tersebut yang ternyata berasal dari bunga kantil yang tumbuh di samping rumah. Pohon tersebut tidak terlalu tinggi, kira-kira hanya setinggi rumah saja.
Bunga kantil berwarna putih menempel di sekujur batang dan ranting pohon. Sebagian bunganya mekar, ada yang kuncup dan ada pula yang berada di tanah di sekitar batang bawah, karena layu dan menjadi rontok.
Ternyata selain suasana yang teduh dan rindang, pengunjung pun sepertinya betah menikmati wangi aroma bunga kantil.
Melihat bunga kantil ini saya menjadi ingat seorang ibu yang sering menjajakan untaian bunga kantil di persimpangan jalan.
Bunga yang harum ini biasanya ditaruh di dalam mobil untuk memberi aroma harum yang alami. Dapat pula menaruhnya di dalam kamar mandi, di kamar tidur maupun di ruang tamu.
Bunga yang harum ini biasanya ditaruh di dalam mobil untuk memberi aroma harum yang alami. Dapat pula menaruhnya di dalam kamar mandi, di kamar tidur maupun di ruang tamu.
Pesona Bunga Azalea dan Sakura
Selain bunga mawar dan bunga kantil, bunga azalea juga ikut memperindah taman di Kuil Nishi Honganji.
Bunga azalea yang terdiri dari warna merah dan putih bermekaran, menjadi pagar jalan kecil.
Kawan kalau kita memperhatikan kelopak bunga azalea, terdapat satu helai kelopak yang memiliki warna lebih kuat.
Warna yang lebih terang tersebut ternyata merupakan titik-titik yang banyak.
Bagian kelopak yang memiliki titik-titik akan selalu pada posisi kelopak yang menghadap ke atas.
Bukan menyamping maupun ke bawah.
Sungguh luar biasa.
Bunga azalea yang terdiri dari warna merah dan putih bermekaran, menjadi pagar jalan kecil.
Kawan kalau kita memperhatikan kelopak bunga azalea, terdapat satu helai kelopak yang memiliki warna lebih kuat.
Warna yang lebih terang tersebut ternyata merupakan titik-titik yang banyak.
Bagian kelopak yang memiliki titik-titik akan selalu pada posisi kelopak yang menghadap ke atas.
Bukan menyamping maupun ke bawah.
Sungguh luar biasa.
Masih melanjutkan berjalan-jalan di lokasi Kuil Nishi Honganji, kita akan menjumpai si mungil bunga sakura. Bunga sakura berwarna merah jambu muncul beberapa kuntum di tangkainya.
Bunga asli dari Jepang ini belum seperti pada pohon-pohon di tempat lain yang bunganya memenuhi sekujur batang.
Di tempat ini bunga sakura yang muncul pada setiap pohon masih dapat dihitung jari.
Mungkin karena pohonnya merupakan tanaman baru dan harus menunggu beberapa tahun lagi untuk dapat berbunga banyak.
Walaupun hanya terdiri dari beberapa kuntum di setiap pokok pohon, akan tetapi pesonanya membuat decak kagum. Bunga mungil tersebut memiliki lima kelopak dan putik di bagian tengah.
Bunga asli dari Jepang ini belum seperti pada pohon-pohon di tempat lain yang bunganya memenuhi sekujur batang.
Di tempat ini bunga sakura yang muncul pada setiap pohon masih dapat dihitung jari.
Mungkin karena pohonnya merupakan tanaman baru dan harus menunggu beberapa tahun lagi untuk dapat berbunga banyak.
Walaupun hanya terdiri dari beberapa kuntum di setiap pokok pohon, akan tetapi pesonanya membuat decak kagum. Bunga mungil tersebut memiliki lima kelopak dan putik di bagian tengah.
Beberapa ekor kupu-kupu menari-nari di udara, terkadang hinggap di bunga-bunga.
Seolah-olah sedang riang atas karuniaNya.
Mungkin saja kupu-kupu bersenang hati karena dapat menghisap madu yang bermekaran.
Mungkin saja kupu-kupu bersenang hati karena dapat menghisap madu yang bermekaran.
Kedai Teh Dan Menara Lonceng
Sesudah melihat indahnya bunga sakura, di samping tanaman bunga sakura terdapat kedai teh.
Kedai teh berbentuk bangunan klasik. Meja, kursi dan perabot kayu, sangat kental suasana rumah ala Jepang. Suasananya sejuk, bersih dan santai. Kita dapat membeli teh maupun menikmati hidangan makan siang disana.
Ketika keluar dari kedai teh kita bertemu menara lonceng raksasa. Lonceng berukuran besar berwarna hitam berada di atas bukit buatan.
Dengan menaiki undakan kita dapat sampai ke atas dan melihat dengan jelas lonceng raksasa dari luar pagar kayu.
Sesudah mengelilingi ke banyak bangunan, saya berjumpa dengan penduduk setempat yang sedang bersantai membawa binatang piarannya berupa anjing berukuran kecil.
Mereka berkumpul di lokasi khusus yang memang difungsikan untuk mengasuh hewan-hewan peliharaan.
Mereka berkumpul di lokasi khusus yang memang difungsikan untuk mengasuh hewan-hewan peliharaan.
Tidak jauh darinya terdapat bangunan kerangka bambu. Bangunan yang hanya berbentuk kerangka tersebut, konon dahulu merupakan bekas bangunan kuil besar. Tetapi telah hangus akibat kebakaran.
Benda-Benda Di Rumah Galeri
Ketika berada di area bangunan yang berbentuk kerangka bambu, kita dapat melanjutkan rekreasi dengan memasuki Rumah Galeri.
Bangunannya kelihatan cukup tua, beberapa bagian dindingnya rusak dan diberi kerangka kawat yang berisi batu-batu hitam.
Bangunannya kelihatan cukup tua, beberapa bagian dindingnya rusak dan diberi kerangka kawat yang berisi batu-batu hitam.
Pertama memasuki Rumah Gakeri ini kita akan melihat piring keramik raksasa setinggi orang dewasa tepat berada di samping pintu masuk.
Piring keramik raksasa dengan lukisan berwarna biru.
Piring keramik raksasa dengan lukisan berwarna biru.
Pada dinding Rumah Galeri yang tidak besar ini, terdapat foto-foto kehidupan masyarakat Taiwan pada masa lampau seperti:
- Wanita ditarik kereta orang
- Pedagang tradisional
- Bocah kecil menenun kain
- Arak-arakan barongsai
- Kehidupan bangsawan masa lampau
- Wanita memakai pakaian khas China
- Gramofon dan piringan hitam
- Peta wilayah dan lainnya.
Gramophon berukuran besar, bentuknya seperti bunga bakung. Gramophon dan piringan hitam sepertinya sudah berumur puluhan tahun.
Sekian Rekreasi Di Kuil Nishi Honganji
Memasuki lokasi Kuil Nishi Honganji ini kita tidak dipungut biaya alias gratis.
Meskipun begitu kita dapat menikmati kenyamanan rekreasi berada di taman yang sejuk, penuh bunga-bunga.
Sarana toilet juga ada, kita dapat menuju area belakang.
Meskipun begitu kita dapat menikmati kenyamanan rekreasi berada di taman yang sejuk, penuh bunga-bunga.
Sarana toilet juga ada, kita dapat menuju area belakang.
Kawan sekian jalan-jalan bersama Rekreasi Taiwan dan sudah melihat lonceng raksasa serta galeri kehidupan masa lampau masyarakat Taiwan.
Anda ingin mengunjungi Kuil Nishi Honganji?
Transportasi
Transportasi yang dapat anda gunakan:
Dari Stasiun Taipei naik MRT Jalur Biru turun di Stasiun Ximen keluar pintu 2, kemudian berjalan kaki 5 menit sampai lokasi.
Atau naik bis 262.